News Update :

Satria Piningit

Minggu, 12 Desember 2010

Dalam salah satu karyanya, Raden Ngabehi Ronggowarsito menulis sebuah ramalan tentang sosok Satrio Piningit. Diceritakannya bahwa ada tujuh nama Satrio Piningit yang kelak akan memimpin wilayah seluas kekuasaan Majapahit dulu. Tujuh nama itu antara lain:

Satria Kinunjara Murwa Kuncara, Satria Mukti Wibawa Kesandung Kesampar, Satria Jinumput Sumela Atur, Satria Lelana Tapa Ngrame, Satria Piningit Hamong Tuwuh, Satria Boyong Pambukaning Gapura, Satria Pinandita Sinisihan Wahyu.

Meskipun dalam tulisan itu dicantumkan tujuh nama Satrio Piningit, bisa jadi ke tujuh nama itu tidak merujuk terhadap tujuh orang yang berbeda. Meskipun ke tujuh nama itu telah ramai ditafsirkan oleh banyak orang menjadi tujuh orang yang berbeda-beda. Sebagai pembandingnya, anda bisa mencari di Search Engine tentang hal yang berkaitan dengan ini. Tulisan mengenai Satrio Piningit ini sudah banyak yang mengulasnya, namun kami mencoba untuk mengartikannya melalui sisi lain dari penafsiran yang telah ada.

Menurut pandangan kami, ke tujuh nama satria yang diungkapkan oleh Ronggowarsito itu mengandung makna yang tersembunyi. Karena seperti biasa, para bijak jaman dahulu tidak pernah mengungkapkan suatu pelajaran secara gamblang. Mungkin memang benar setiap jaman akan muncul seorang satria satu persatu seperti yang telah diramalkan. Namun terasa ada yang tidak pas, karena dengan begitu setelah ke tujuh satria telah merampungkan tugasnya, maka kita akan kehilangan sosok yang bisa menjadi pemimpin nusantara ini. Jadi ada baiknya kita coba menafsirkan ke tujuh satria itu sebagai satu karakter yang utuh, tidak terpisah-pisah.

~ Satria Kinunjara Murwa Kuncara
Dilambangkan sebagai Satria Kinunjara, yang artinya adalah seorang yang berwatak satria namun dalam proses kematangannya ia seperti dipenjara. Dalam arti disembunyikan oleh Sang Waktu, bukan bersembunyi. Hingga akhirnya Sang Waktu mengijinkan ia keluar, maka ia akan keluar dan membawa Nusantara Murwa Kuncara, terkenal ke seluruh jagad.

~ Satria Mukti Wibawa Kesandung Kesampar
Mukti Wibawa artinya mulia dan berwibawa. Manusia ini adalah seorang satria yang mempunyai watak yang mulia selayaknya seorang satria, dan mempunyai kewibawaan. Namun selama masa Kinunjara, ia sering Kesandung Kesampar. Artinya, selalu ada yang berusaha menjegal jalannya.

~ Satria Jinumput Sumela Atur
Jinumput mempunyai arti terambil dari tengah masyarakat, untuk ikut Sumela Atur, membantu memperbaiki kehidupan seluruh rakyat di Nusantara. Mengapa memakai istilah jinumput? Karena telah dijelaskan bahwa sebelumnya ia tidak berangkat dari kalangan politikus, atau pemerintahan, malah disembunyikan di tengah lingkungan rakyat biasa.

~ Satria Lelana Tapa Ngrame
Lelana, mempunyai makna tentang perjalanannya yang sering bepergian jauh dari rumahnya. Kepentingannya adalah Tapa Ngrame, maknanya yaitu membantu kesusahan orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

~ Satria Piningit Hamong Tuwuh
Piningit, merupakan penekanan dari kata Kinunjara di atas. Bahwa artinya bukanlah dipenjara, melainkan hidup bagaikan dipenjara. Hamong Tuwuh, artinya satria ini mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan budaya nenek moyang yang telah lama dilupakan orang. Agar rakyat Nusantara mempunyai jatidiri yang kuat, namun tetap menghargai budaya lain walaupun tidak ikut budaya tersebut.

~ Satria Boyong Pambukaning Gapura
Boyong Pambukaning Gapura, mempunyai makna satria ini kelak akan pindah dari tempat asalnya, untuk membuka gapura. Namun kami rasa gapura di sini mempunyai makna yang sangat luas. Bisa jadi gapura ini adalah gerbang dari harapan atau impian rakyat akan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

~ Satria Pinandita Sinisihan Wahyu
Pinandita, bermakna bahwa satria ini akan memimpin bangsanya. Sedangkan Sinisihan Wahyu mempunyai makna bahwa dalam memimpin dan menentukan sikap, ia selalu memegang teguh seluruh pelajaran yang didapat selama masa gemblengannya dulu.

Jika digabungkan menjadi satu, maka kita bisa simak sosok Satria Piningit itu sebagai berikut:

Satria adalah sosok manusia yang benar-benar menjaga hukum kehidupan. Pantang berbuat kesalahan, pun jika telah bersalah pasti ditebusnya. Menjadi seorang satria haruslah bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi alam sekitarnya. Tidak memandang apa sukunya, agamanya, adat istiadatnya, hanya mementingkan kebaikan untuk seluruh alam. Bisa menjadi pandu bagi bhumi pertiwi, tauladan bagi sesamanya.

Dalam masa persiapan menjalankan tugasnya, ia mendapatkan pelajaran tentang kebijaksanaan dan hikmah kehidupan. Hidup bagaikan dipenjara, disembunyikan oleh waktu. Mendapat perintah untuk diam, tidak boleh terlihat menonjol di lingkungan sekitarnya. Ia adalah seorang yang mempunyai kemuliaan dan kewibawaan, karena mengalir darah para raja dari berbagai bangsa warisan dari leluhurnya. Keturunan raja dari bangsa China, keturunan dari keluarga Muhammad saw dan Aly bin Abu Thalib ra, keturunan dari Sriwijaya, keturunan dari Majapahit, dan mempunyai hubungan sangat erat dengan keluarga Pajajaran.

Ia dibesarkan di suatu tempat, tanah yang mempunyai sejarah besar Nusantara. Namun ketika remaja, ia berkelana ke arah barat dari tempat asalnya. Melakukan semua hal yang bisa melepaskan derita seseorang, tanpa mengharap pujian atau imbalan. Walaupun selama perjalanan itu, ia selalu di jegal oleh orang-orang yang iri terhadapnya.

Hingga akhirnya ia telah kembali ke tempat asalnya untuk menumbuhkembangkan budaya tempat ia dilahirkan. Mengasuh pemuda-pemuda yang datang kepadanya, mengajarkan hakikat kehidupan dan tetap menolong sesama tanpa pamrih apapun. Kepulangannya ini lah titik awal dari pelaksanaan tugas yang sesungguhnya. Membuka gerbang impian rakyat akan hidup yang adil sejahtera.

Dalam melaksanakan tugasnya, ia selalu berpedoman pada kebijaksanaan. Tidak mau membeda-bedakan sesamanya, karena semua adalah makhluk Gusti Yang Maha Pencipta. Lepas sudah semua atribut golongan-golongan selama ia melaksanakan tugas untuk memakmurkan masyarakat di sekitarnya. Kelak, keberhasilannya bersamaan dengan kegagalan pemerintah negara.

Tidak ada yang menyangkal, bahwa apa yang telah dikerjakan sang Satria telah membuka hati rakyat. Satria yang telah lama dinantikan telah hadir membawa bukti, bahwa dia telah berhasil memakmurkan rakyat sekitarnya ketika pemerintah gagal menyelamatkan negara. Dia yang akhirnya memimpin negara, membawanya terkenal ke seluruh jagad. Negara yang kertarahaja, damai tenteram, gemah ripah loh jinawi.

Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

© Copyright Dimas Zone 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.